China Membalas
Memang aneh cara Presiden Trump bernegoisasi dagang dengan patner bisnisnya. Menaikan dan menaikan terus tariff sehingga patner dagang yang dituduh mencuri kekayaan intelektual dan tidak adil dalam pajak perdagangan serta volume perdagangan, seperti dipaksa untuk duduk berunding bersama delegasi Amerika. Apabila dilihat dari kepentingan dagang Amerika, maka cara ini adalah cara terbaik guna membuat neraca perdagangan Amerika surplus, tetapi jika dilihat dari pasar global, maka ini bukanlah cara terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dunia. Dengan kemajuan teknologi maka tidak ada negara yang dapat terhindar dari keterpurukan jika pasar uang disuatu negara mulai tergoncang, terutama negara super power seperti Amerika dan China.
Proposal kenaikan tariff yang sedianya hanya 10%, rencananya akan dinaikan menjadi 25% oleh administrasi Trump. Keadaan ini langsung direspon oleh pemerintah China dengan kenaikan tariff dari 5-25% terhadap 5.207 produk Amerika yang masuk ke China, dengan nilai sekitar $60 milliar. Jika dilihat dari kedua negara super power ini, maka sulit bagi para pelaku pasar untuk mengatakan bahwa perang dagang Amerika – China akan mereda. Disisi lain pemerintah China lewat People Bank of China secara bertahap telah melemah mata uangnya sampai 6% sejak perang dagang berlangsung. PBoC banyak memberikan potongan pajak bagi rakyatnya dan menjalankan program stimulus agar industri tetap berjalan. Selain itu membuka pasar baru sebagai tujuan export diluar Amerika, sudah mulai dijalankan, sehingga emerging market akan menjadi target limpahan barang barang China dimasa yang akan datang.
Menanggapi pelemahan yuan yang telah mendekati titik terendah selama 10 tahun terakhir, Larry kudlow sebagai penasihat senior ekonomi Presiden Amerika berpendapat bahwa China sedang masuk dalam masalah besar. Keadaan ini dikarenakan banyaknya investor yang keluar dari negara tirai bambu tersebut. Pelemahan mata uang merupakan suatu indikator pelemahan ekonomi yang merupakan tumpukan masalah, Kudlow menambahkan. Inilah yang menyebabkan indeks hangseng turun dan indeks dow jones tidak terlalu jatuh. Tetapi apakah keadaan ini akan berlangsung lama? Menurut kami tidak, karena jika kedua negara saling perang tariff maka indeks dow dan hangseng akan sama sama terjatuh dikemudian hari, karena pelaku pasar tidak akan pernah menaruh investasi mereka kepada bisnis yang beresiko termasuk saham.
Australia
Negara ini sangat bergantung dengan patner dagangnya China, seperti negara Malaysia. Pada saat negara Great Wall mulai melakukan program pelemahan mata uang, maka pasar membaca adanya kenaikan resiko dalam perang dagang China – Amerika.
Jika dilihat pada TF W1 maka harga masih sideways dalam beberaoa minggu terakhir, sehingga untuk pair AUDUSD harus menunggu konfirmasi candle Closing dibawah 0.737o an untuk konfirmasi turun ke level 0.7170 an. Koreksi pair AUDUSD dapat mencapai level 0.7500 an dan jika dilewati maka akan berpotensi ke level 0,7600 an.
Inggris
Tidak ada niat dari uni eropa untuk membereskan masalah Brexit, sehingga sulit bagi menteri perdagangan inggris untuk bernegoisasi. Seperti menemui jalan buntu dimana uni eropa dengan kekuatan ekonomi Jerman berhadapan dengan ekonomi Inggris yang akan meninggalkan uni eropa dengan perjanjian perdagangan yang disepakati oleh kedua negara. Jika ini tidak berhasil maka Inggris harus mengikuti perjanjian WTO dan tentunya akan sangat memberatkan perekonomian Inggris kedepannya.
Kenaikan suku bunga oleh BoE tidak dapat menaikan pair GBPUSD setelah Mark Carney sendiri merasa ragu dengan perjanjian Brexit akan berhasil. Penurunan GBPUSD dapat mencapai 1.2860 an – 1.2870 an dengan koreksi terjauh pada level 1.3020 an.