Data Tenaga Kerja Redupkan Dominasi Dolar AS?
Minggu ini para pelaku pasar kembali menantikan rilis data kunci yang dapat memengaruhi sikap Federal Reserve terhadap kebijakan suku bunganya, laporan inflasi PCE pada Kamis dan laporan Nonfarm Payrolls (NFP) Agustus pada Jumat mendatang.
Kedua laporan tersebut menjadi fokus pasar menyusul komentar hawkish Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, di simposium ekonomi tahunan Federal Reserve di Jackson Hole, Wyoming. Powel mengatakan bahwa bank sentral siap menaikkan suku bunga lanjutan, namun harus didukung oleh data ekonomi terkini.
Ekonomi AS sedang dalam jalur kenaikan hampir 6% dengan tingkat tahunan di kuartal ketiga, cukup baik menjelang akhir siklus pengetatan dan ekonomi yang bertumbuh 2.1% pada kuartal kedua. Powell mengatakan bahwa kelanjutan dari pertumbuhan "di atas tren" ini bisa memastikan kebijakan pengetatan lebih lanjut.
Pasar tenaga kerja yang ketat, menjadi sorotan saat ini, di mana laporan NFP menjadi indikator ekonomi yang banyak diikuti di Amerika Serikat, diperkirakan hanya meningkat sebesar 169 ribu pada Agustus, atau turun dari laporan sebelumnya sebesar 187 ribu. Sementara Tingkat Pengangguran AS diperkirakan akan tetap stabil pada 3.5%.
Secara umum, laporan NFP yang kuat dan menunjukkan peningkatan signifikan dalam lapangan pekerjaan dapat dianggap sebagai tanda positif untuk ekonomi AS, yang berpotensi meningkatkan kepercayaan pada dolar AS. Sebaliknya, laporan NFP yang lebih lemah dari yang diharapkan akan berdampak sebaliknya.
Powell telah menetapkan standar yang tinggi untuk kenaikan suku bunga pada September, menegaskan bahwa the Fed akan "melanjutkan dengan hati-hati" saat memutuskan tentang pelonggaran lebih lanjut. Namun, jika data NFP melebihi ekspektasi, yang ditopang dengan data PCE inti yang akan rilis malam ini, maka akan sulit untuk menghentikan sementara kenaikan suku bunganya.
Analisa Teknikal USD
Bagi dolar AS, yang berada pada titik penting terhadap pasangan mata uang utama, data tersebut dapat menentukan apakah pemulihan selama enam minggu terakhirnya masih perlu berlanjut. Meski kenaikan dolar AS cukup mengesankan, indeks dolar belum melampaui puncak sebelumnya 104.70 pada tanggal 31 Mei dan sampai hal tersebut terjadi, pandangan jangka menengahnya akan tetap netral.
Untuk jangka menengah dan jangka panjang, indeks dolar AS masih menunjukkan tren kenaikan yang cukup signifikan, meski di pekan ini indeks dolar AS terlihat gagal melanjutkan tren kenaikan tersebut. Gambaran ini dapat dilihat pada indikator Simple Moving Average (SMA), di mana indeks dolar bergerak di atas SMA 100 dan 200. Artinya indeks dolar AS masih dalam pola kenaikan kuat, meski harga saat ini berada di bawah SMA50 sebagai indikasi tren penurunan jangka pendek.
Berlanjutnya kenaikan indeks dolar kembali menembus ke atas SMA50 akan semakin memperkuat arah dolar AS selanjutnya. Namun kenaikan ini juga menunggu konfirmasi dari indikator Relative Strength Index. Jika RSI menembus level 50, akan menjadi indikasi besar dolar AS akan kembali melanjutkan tren kenaikan dalam enam minggu terakhir.
Kenaikan indeks dolar AS akan berdampak pada perdagangan greenback terhadap mata uang utama dan aset safe haven seperti emas. menguatnya dolar AS akan membuat emas yang berdenominasi dolar AS akan kembali turun menuju area 1800.