Kebijakan Trump dan Kebijakan Powell
Kebijakan pemerintah dibuat untuk mensejahterakan rakyatnya. Tidak ada yang salah dari misi Presiden Trump dalam slogannya “ Make America Great Again “, dan tidak ada yang salah dari misi Pimpinan The Fed Jerome Powell, guna memenuhi “ Amanat yang diberikan Kongres AS “. Didalam setiap misi pasti ada suatu strategi yang menyertainya, dimana strategi Trump adalah proteksionis, memperkecil deficit perdagangan, pemotongan pajak dan menaikan anggaran belanja. Jika dilihat secara umum maka startegi ini memang cukup ideal, tetapi pelaksanaannya ternyata menimbulkan perang dagang.
Efek perang dagang tentunya dapat menimbulkan kerugian ekonomi bagi kedua negara dan pertumbuhan ekonomi global. China dan Amerika sudah mulai merasakannya, sehingga China langsung membuat program dan kebijakan ekonomi serta perbankan, guna me minimal kan efek perang dagang. Sedangkan Amerika dengan kebijakan admistrasi nya lebih banyak menimbulkan gesekan baik didalam dan luar negeri. Di dalam negeri, Trump mengatakan bahwa kebijakan The Fed untuk menaikan suku bunga secara agresif, dinilai “ Gila”, dan ini adalah ke 2 kalinya Trump mencoba untuk intervensi kebijakan moneter The Fed yang merupakan lembaga keuangan independen. Sedangkan pimpinan The Fed Jerome Powell, sampai saat ini tidak mengindahkan keluhan Presiden Trump , karena The Fed memang harus terlepas dari kepentingan politik, sehingga tools yang dipergunakan oleh The Fed dalam membuat kebijakan adalah data ekonomi dan data keuangan.
Dengan kebijakan Trump yang selalu membuat kegaduhan, dapat dipastikan bahwa perekonomian yang terjadi dapat melambat dan data ekonomi yang terbentuk, akan terlihat memburuk. Keadaan ini tentunya akan membebani pertumbuhan Amerika, memperlambat laju inflasi serta memperbesar deficit neraca berjalan. Tampilan data ekonomi yang buruk, tentunya akan membuat pelemahan mata uang US Dolar yang terlihat dari indeks Dollar Amerika Serikat. Penembusan level 94,50 an akan membuat US Dollar akan kembali terkoreksi turun dalam beberapa waktu kedepan, karena tidak dapat menembus down trend yang terjadi.
EROPA
Negara Italia merupakan batu sandungan bagi pertumbuhan perekonomian eropa. Walaupun kasus nya tidak separah Yunani, tetapi karena negara ini merupakan negara ke 3 terbesar di eropa, maka tentunya akan memberikan tekanan bagi mata uang euro. Pengajuan anggaran belanja Italia dari pemerintahan koalisi yang diserahkan senin malam kepada Komisi Eropa, telah menimbulkan kecaman dari uni eropa, mengingat pemerintah koalisi Italia masih tetap mengajukan anggaran yang dinilai tidak masuk akal, guna memerangi deficit anggaran yang ada.
Ini tentunya merupakan hambatan bagi penguatan EURUSD, walaupun kita ketahui bahwa data ekonomi eropa cukup baik dan tentunya TAPER masih akan diberlakukan oleh ECB di minggu depan , sehingga penguata EURUSD dapat menuju level 1.1720 an. Resiko akan terjadi disaat masalah anggaran Itali dengan Komisi Eropa tidak mencapai kesepakatan , dan jika itu terjadi maka target penurunan EURUSD dapat mencapai level 1,1470 an