Tariff Akan Memukul Perekonomian China
Pemerintah China akan mendapatkan pukulan ekonomi yang besar saat administrasi Trump dan presiden Xi mulai menetapkan kenaikan tariff pada tanggal 24 september 2018. Tetapi para pelaku pasar sepertinya masih berharap bahwa delegasi Amerika dan China akan mencapai kesepakatan yang rencana nya digelar hari ini. Keyakinan akan berdamainya Amerika – China dalam perang dagang serta pasar sudah mulai bosan dengan keadaan seperti ini lah yang membuat index saham Dow Jones naik terus selama 5 bulan terakhir. Selain itu pasar sepertinya memang tidak mau memikirkan terlalu jauh akan akibat dari perang dagang yang akan memperlambat perekonomian global, karena sepertinya pasar masih akan melihat siapa yang akan terkena dampak yang paling besar diantara kedua negara tersebut.
China akan menerima dampak yang lebih besar dibandingkan Amerika dalam waktu dekat, karena ekspor China 4x lebih besar dari import nya, sehingga wajar jika analis Bank of America Merrill Lynch mengatakan bahwa “ China akan mendapat pukulan 4x lebih kuat …terhadap ekonominya”. Selain itu pengusaha ekspor yang mempunyai pabrik di China mulai melihat Asia tenggara sebagai alternative pemindahan pabrik mereka yang mempunyai tujuan eksport ke Amerika. Menurut data yang ada, pengusaha akan mulai memindahkan produksinya ke Asia Tenggara sebagai negara tujuan, mencapai 18,5%, Asia timur/ Eropa 4,2%, Amerika latin 3,9 sedangkan untuk India dan Amerika masing masing hanya sekitar 6%. Keadaan ini tentunya akan membuat perekonomian China melambat dan akan bertambah lambat jika kenaikan tariff di tanggal 24 september 2018 ditetapkan oleh Cina sebesar $60milliar terhadap product Amerika yang masuk ke China , dan senilai $200 milliar terhadap product China yang masuk ke Amerika.
Kenaikan pasar ekuitas Amerika memang tidak akan terlepas dari fenomena diatas, dan adanya aliran modal dari negara berkembang ke negara maju, tetapi ini dapat saja terhambat jika The Fed dalam meetingnya pada tanggal 26-27 september 2018, kembali akan menaikan suku bunga secara agresif. Para ekonom masih banyak yang berpendapat bahwa kenaikan suku bunga di bulan September 2018 ini, masih akan terjadi, tetapi hanya sebagian yang masih yakin bahwa akhir tahun The Fed akan kembali menaikan suku bunganya. Jika The Fed menurunkan agresivitas nya dalam menaikan suku bunga tentunya akan sangat wajar, apabila kesepakatan delegasi Amerika – China menemui jalan buntu, karena ini akan menyebabkan perang dagang akan menjadi semakin membebani pertumbuhan ekonomi Amerika. Tetapi jika perundingan ini mencapai kesepakatan maka pasar saham akan meneruskan rally nya sampai akhir tahun.
AUSTRALIA
Delegasi perundingan yang dipimpin oleh petinggi ekonomi dan keuangan Amerika dan China sangat dinanti oleh para pelaku pasar. Australia sebagai patner dagang China tetapi sekaligus merupakan negara sekutu sebagai pertahanan kunci Washington, selalu didalam dilemma disaat perang dagang Amerika – China tidak mereda. Dengan turunnya ekspor China ke Amerika, tentunya akan membuat Aussie dollar dalam persimpangan jalan, sehingga hasil dari perundingan akan sangat mempengaruhi pergerakan AUDUSD.
Channel down trend AUDUSD belum berubah, sehingga tekanan turun AUDUSD dapat mencapai level 0.7090 an dapat terjadi disaat kesepakatan antara delegasi Amerika – China gagal. Sedangkan jika kesepakatan terjadi maka level 0,7290 akan dilewati dengan target 0,7330 – 0,7360 an.