Membandingkan Simple Moving Average vs. Exponential Moving Average
Moving average adalah indikator yang sering digunakan dalam strategi trading. Jika digunakan dengan benar dan dengan wawasan yang luas, ini dapat sangat menguntungkan. Artikel ini membahas perbedaan antara EMA dan SMA, menghitung Exponential Moving Average, mengatur EMA untuk trading, dan menggunakan strategi berbasis EMA.
Apa itu Simple Moving Average?
Simple Moving Average (SMA) menunjukkan rata-rata dari kisaran harga yang dipilih. Ini dihitung dengan menambahkan harga terbaru dan membagi angka yang dihasilkan dengan jumlah periode dalam rata-rata perhitungan.
Apa itu Exponential Moving Average (EMA)?
SMA memberikan bobot yang sama untuk semua nilai, sementara Exponential Moving Average (EMA) memberikan bobot yang lebih tinggi pada harga terkini. EMA memberikan bobot lebih besar pada data terkini dibandingkan data yang lebih lama, membuat EMA lebih reaktif terhadap perubahan harga terbaru dibanding SMA. Oleh karena itu, beberapa trader lebih memilih jenis moving average ini.
Dua jenis moving average lainnya adalah Smoothed dan Linear Weighted. Perbedaan utama di antara jenis moving average tersebut terletak pada sensitivitas terhadap perubahan data yang digunakan dalam perhitungannya.
Simple Vs. Exponential Moving Average
Baik EMA maupun SMA adalah indikator teknis. Keduanya menggunakan data masa lalu untuk menghasilkan garis tren yang halus untuk harga sekuritas. Namun, apa perbedaan di antara keduanya?
EMA memberikan bobot yang lebih besar pada harga terkini, sedangkan SMA memberikan bobot yang sama pada semua titik data. Inilah alasan garis EMA berubah lebih cepat dibanding garis SMA.
Moving average yang optimal untuk analisis Anda bergantung pada strategi trading. Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak ada moving average yang lebih baik dari yang lain. Sebagai contoh, meskipun EMA secara akurat menunjukkan pergerakan harga terkini dan membantu mengidentifikasi tren dengan lebih cepat, EMA juga mengalami lebih banyak fluktuasi jangka pendek dibanding SMA.
Cara menghitung Exponential Moving Average (EMA)
Menghitung EMA sedikit lebih rumit dibanding menghitung SMA:
- Hitung Simple Moving Average.
SMA = jumlah harga penutupan untuk jumlah periode ÷ jumlah periode
- Hitung faktor pengali (multiplier) untuk faktor perataan/pembobotan untuk EMA sebelumnya.
Pengali = 2 / (jumlah periode + 1)
- Temukan Exponential Moving Average untuk periode saat ini.
EMA untuk periode saat ini = (harga penutupan − EMA untuk periode sebelumnya) × pengali + EMA (periode sebelumnya)
Anda dapat menggunakan SMA sebagai EMA untuk periode sebelumnya jika Anda menghitung EMA untuk pertama kalinya.
Betapa pun rumitnya semua ini, kabar baiknya adalah komputer sekarang menghitung moving average untuk kita, jadi Anda tidak perlu melakukan semua perhitungan sendiri.
Menyiapkan EMA
Untuk menerapkan Exponential Moving Average di grafik MetaTrader 4 dan 5, pilih Sisipkan – Indikator – Tren. Kemudian Anda harus mengeklik tombol “Moving Average” dan mengubah metode MA menjadi Exponential.
Anda juga dapat memilih periode, metode, dan bahkan warna EMA.
Trader berpengalaman biasanya menghitung EMA berdasarkan harga penutupan.
EMA 8 dan 20 hari cenderung menjadi periode yang paling populer bagi trader harian, sedangkan EMA 50 dan 200 hari lebih cocok untuk investor jangka panjang.
Trading dengan EMA
1. Strategi ribbon EMA
Trader terkadang mengamati ribbon (pita) moving average, yang memetakan banyak moving average dan bukan hanya satu moving average di grafik harga. Meskipun terlihat rumit, ribbon EMA mudah dilihat di grafik dan menawarkan cara sederhana untuk memvisualisasikan hubungan dinamis antara tren dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.
Trader dan analis mengandalkan moving average dan ribbon untuk mengidentifikasi titik balik, kelanjutan, dan kondisi overbought/oversold, menentukan area support dan resistance, dan mengukur kekuatan tren harga.
Untuk membuat ribbon moving average, petakan beberapa moving average dengan panjang periode yang berbeda-beda pada grafik harga. Parameter umum mencakup delapan atau lebih moving average dan interval yang berkisar dari MA 2 hingga 400 periode. Ribbon EMA yang paling populer terdiri dari delapan garis EMA 20 hingga 55 periode.
Ketika semua moving average menyatu di satu titik pada grafik, kekuatan tren dapat melemah dan menunjukkan pembalikan. Sebaliknya, jika moving average menyebar dan bergerak menjauh, ini menunjukkan bahwa harga sedang berkisar dan tren sedang kuat atau menguat.
Dalam tren turun, moving average yang lebih pendek akan melintas di bawah moving average yang lebih panjang. Sebaliknya, tren naik akan menunjukkan moving average yang lebih pendek bergerak di atas moving average yang lebih panjang.
Ribbon moving average mudah ditafsirkan. Indikator ini memicu sinyal beli dan jual setiap kali garis moving average bersilangan di satu titik. Trader berusaha membuka trading beli saat MA jangka pendek melintas di atas MA jangka panjang dari bawah, dan membuka trading jual saat MA yang lebih pendek melintasi semua garis lainnya dari atas.
Selain itu, trader menggunakan ribbon EMA sebagai level support dan resistance:
- Jika harga menembus dan menutup candle di bawah ribbon EMA selama tren naik, ini adalah sinyal jual.
- Sebaliknya, jika harga menembus dan menutup candle di atas ribbon EMA selama tren turun, ini adalah sinyal beli.
Penting: Untuk memudahkan analisis, pertahankan jenis moving average yang konsisten di seluruh ribbon. Gunakan hanya Exponential Moving Average atau Simple Moving Average.
2. DEMA (Strategi Double EMA)
Strategi di bawah ini sangat cocok untuk swing trader. Kami sarankan Anda menggunakan kerangka waktu H1 karena paling cocok dengan strategi ini, menggunakan dua EMA di kerangka waktu yang lebih rendah dapat menciptakan banyak gangguan.
Strategi untuk membuka trading beli:
- Tunggu hingga EMA pendek melintasi EMA panjang ke arah atas.
- Tunggu konfirmasi lainnya (penembusan level kritis).
- Tempatkan Stop Loss Anda di belakang titik high atau low terakhir.
- Pantau arah moving average.
- Tutup posisi Anda setelah EMA pendek melintasi EMA panjang ke arah bawah atau harga mencapai target Anda.
Seperti yang ditunjukkan di gambar, EMA 13 periode berwarna cokelat dan EMA 21 periode berwarna oranye diterapkan ke grafik H1 AUDUSD pada tanggal 15 Juni. Pasangan ini mulai naik ketika garis oranye melintasi garis cokelat ke atas. Trader membuka trading beli setelah penembusan titik high baru-baru ini, yang bertindak sebagai level resistance. Kemudian menutup trading saat EMA oranye melintasi EMA cokelat secara terbalik.
Sebaliknya, jika garis oranye (EMA pendek) melintasi garis cokelat (EMA panjang) ke arah bawah, ini dapat menandakan peluang untuk membuka trading jual. Anda harus menutup trading ketika EMA pendek melintasi EMA panjang ke atas.
3. Menggunakan EMA sebagai support dan resistance dinamis
Moving Average juga dapat menunjukkan area support dan resistance. EMA yang naik cenderung menjadi support bagi pergerakan harga, sedangkan EMA yang turun cenderung menjadi resistance terhadap pergerakan harga. Trader harus membuka trading beli ketika harga berada di dekat EMA naik dan membuka trading jual ketika harga berada di dekat EMA turun. Untuk strategi ini, EMA 25 pada grafik H1 adalah yang terbaik.
EMA vs. SMA: ringkasan
Bergantung pada strategi trading, trader menyukai pendekatan dan jenis Moving Average yang berbeda. Namun, EMA tampaknya sangat populer karena memberikan bobot lebih besar pada harga terkini, lebih sedikit tertinggal dari rata-rata lainnya. Anda akan menemukan EMA dalam banyak strategi trading yang efisien, dengan ribbon EMA sebagai salah satu sarana yang paling berharga untuk menemukan titik masuk dan mendeteksi pembalikan pasar.