Bagaimana Reaksi Indeks US500 Menjelang RIlis Data CPI Dan PPI AS?
Minggu ini pasar dipenuhi dengan data ekonomi penting yang akan dirilis, mulai dari Indeks Harga Konsumen (CPI) pada hari Selasa (12/12/2023), Indeks Harga Produsen (PPI) pada hari Rabu, keputusan hasil pertemuan kebijakan Federal Reserve (Fed) pada hari Rabu, 13 Desember, dan penjualan ritel yang akan dirilis pada hari Kamis.
Namun yang menjadi sorotan pasar pertama sekali adalah rilis data inflasi konsumen (CPI) AS untuk bulan November yang akan dipublikasikan oleh Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS). CPI bulanan AS diperkirakan stagnan di angka 0%, dengan CPI Inti bulanan diperkirakan melonjak dari 0,2% menjadi 0,3% di November. Sementara itu, CPI inti tahunan justru diperkirakan turun menjadi 3,1% dari 3,2% pada laporan sebelumnya.
Jika inflasi terus akan melunak seperti yang diperkirakan oleh para ekonom, hal ini semakin meningkatkan keyakinan pasar yang berpandangan bahwa siklus kebijakan pengetatan the Fed telah selesai, khususnya kenaikan suku bunga terkait upaya Fed mengendalikan inflasi menjelang pertemuan terakhir tahun ini.
Data inflasi CPI AS dapat mempengaruhi posisi pasar terkait waktu pergeseran kebijakan dan memicu reaksi besar pada valuasi dolar AS sebelum The Fed mengumumkan keputusan kebijakan moneter dan merilis revisi Ringkasan Proyeksi Ekonomi (SEP) pada hari Rabu.
Fokus selanjutnya akan tertuju pada rilis data inflasi harga produsen AS. Indeks Harga Produsen (PPI) bulanan AS diperkirakan stagnan di 0.0% dari -0,5% dalam laporan sebelumnya. Sementara PPI Inti bulanan juga diperkirakan naik menjadi 0,2% dari laporan sebelumnya 0.0%.
Perubahan dalam PPI secara luas diikuti sebagai indikator inflasi komoditas. Umumnya, angka yang dirilis positif atau lebih tinggi dari perkiraan maka akan baik untuk dolar AS, sedangkan angka yang rendah akan negatif. Namun terkait dengan kebijakan bank sentral dalam upaya mengendalikan inflasi, kenaikan angka inflasi kemungkinan akan memicu bank sentral untuk menahan kebijakan saat ini untuk waktu yang lebih lama. Kenaikan inflasi produsen akan pengaruhi kenaikan dolar AS. Imbasnya, pasar ekuitas atau indeks saham AS akan melemah.
Sebaliknya, jika inflasi mulai mengendur maka bank sentral mungkin akan mulai Bersiap untuk menyudahi siklus pengetatan mereka. Hal ini akan melemahkan dolar AS yang berimbas pada pasar ekuitas atau indeks saham AS yang akan menguat.
Namun, penurunan inflasi yang stabil dan meningkatnya tanda-tanda pendinginan di pasar tenaga kerja, akan menyebabkan pasar mulai mengantisipasi pergeseran kebijakan. Menurut CME Group FedWatch Tool, lebih dari 40% kemungkinan the Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada awal Maret.
Meski para pejabat the Fed tetap berkomitmen pada pendekatan kebijakan moneter yang bergantung pada data, the Fed secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada kisaran 5,25% - 5,5% setelah pertemuan kebijakan moneter terakhir mereka di tahun ini.
Federal Reserve, yang merupakan bank sentral AS, juga akan membuat keputusan tentang suku bunga minggu ini. Jika mereka menunjukkan bahwa suku bunga akan tetap tinggi untuk waktu yang lama, hal ini dapat menyebabkan imbal hasil obligasi AS naik, yang dapat berdampak positif pada dolar AS.
Secara umum, data CPI dan PPI AS yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar cenderung menyebabkan pergerakan indeks saham S&P turun. Hal ini karena investor akan memperkirakan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga lebih agresif untuk mengendalikan inflasi. Kenaikan suku bunga dapat menyebabkan biaya pinjaman menjadi lebih mahal, sehingga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi laba perusahaan.
Pasca penurunan pada 6 Desember silam, US500 berhasil pulih dan terus mempertahankan momentum kenaikan nya hingga menjelang rilis data inflasi konsumen AS pada hari ini. Artinya US500 berhasil mempertahan tren kenaikan untuk hari keempat berturut-turut dari level terendah pekan lalu di area 4550, meski hari ini relatif konsolidasi dan diperdagangkan di area 4635. Dengan harga saat ini berada di atas Simple Moving Average (SMA), menunjukkan US500 masih berpotensi melanjutkan kenaikannya. Hal ini juga terlihat pada indikator Relative Strength Index yang relatif dekat di bawah garis overbought. Penembusan harga memasuki area overbought dapat menjadi indikator berlanjutnya tren kenaikan.
US500 melanjutkan kenaikannya setelah berhasil menembus level resistance penting di area 4600. Namun, indeks saham S&P500 perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar di bursa saham AS akan menghadapi tantangan menembus level resistance terdekatnya di level 4670, jika ingin melanjutkan kenaikannya. Penembusan level ini akan membawa US500 menuju level resistance selanjutnya di level 4737, jika berhasil menembus level penting di area 4700. Sebaliknya, jika terjadi koreksi, US500 berpotensi kembali turun menuju level support terdekatnya di area 4567, namun jika level support penting 4600 berhasil ditembus. Penurunan yang berlanjut akan membawa US500 menuju level support selanjutnya di level 4524.