Efek-September, Bulan Terburuk Bagi Pasar Saham AS?
Bulan September secara historis dianggap sebagai bulan yang penuh tantangan bagi pasar saham AS, dan ada beberapa alasan yang dapat dihubungkan dengan persepsi ini. Sejak tahun 1945, indeks S&P 500 telah turun rata-rata 0,7% pada bulan September, kinerja terburuk dari bulan mana pun, menurut CFRA.
Ada pola historis yang dikenal sebagai "Efek September" yang mengacu pada fenomena buruknya kinerja pasar saham di bulan tersebut. Meski efek ini tidak konsisten setiap tahun dan tidak selalu menunjukkan kinerja yang negatif, namun sejak lama telah diamati dan menjadi asumsi atas tren pasar tersebut.
Beberapa catatan signifikan secara peristiwa historis telah terjadi pada bulan September yang mempengaruhi pasar saham. Misalnya, peristiwa serangan 11 September 2001, menyebabkan penutupan sementara pasar saham dan berakibat pada penurunan harga saham ketika pasar dibuka kembali. Jenis peristiwa seperti ini dapat menciptakan ketidakpastian dan volatilitas di pasar.
Faktor perilaku juga dapat berkontribusi pada tren pasar. Jika terpengaruh berdasarkan pola historis, investor mengantisipasi asumsi Efek September ini dan umumnya mereka mungkin akan menyesuaikan strategi trading secara hati-hati, yang seakan menjadi sugesti dan membawa pasar pada ramalan itu sendiri.
Para investor, khususnya pasar saham AS, bersiap menghadapi Efek-September yang berpotensi penuh volatilitas saat pasar menghadapi laporan data ekonomi penting, pertemuan Federal Reserve, dan kekhawatiran atas kemungkinan penutupan (shutdown) pemerintah AS selama sebulan dengan kinerja ekuitas yang secara historis minim.
Pasar saham sendiri sebenarnya lebih dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks, termasuk indikator ekonomi, peristiwa global, sentimen investor, dan lainnya. Oleh karena itu, penting untuk mendekati pasar dengan strategi yang terinformasi dengan baik dan terdiversifikasi, dibanding dengan hanya membuat keputusan atas asumsi berdasarkan tren historis.
Beberapa minggu terakhir, pasar saham AS telah mengalami volatilitas yang cukup signifikan. Indeks S&P 500, yang naik hampir 15% tahun ini, kembali turun lebih dari 4% dari level tertinggi pada 31 Juli karena pasar seakan dipaksa untuk bereaksi terhadap pelemahan ekonomi Tiongkok dan lonjakan yield obligasi AS yang mengancam pasar ekuitas menjadi kurang menarik.
Pada timeframe D1, US500 berada di bawah level Pivot bulanan, setelah turun dari level tertinggi tahun ini di 4598, di bawah level 4640 yang terakhir di sentuh pada 29 Maret 2022, di mana pada September 2022, US500 merosot tajam hingga menyentuh level 3583, hanya sedikit di atas level terendah 2022 yang disentuh pada 13 Oktober pada level 3492. Penurunan dari level tertinggi tahun ini membawa US500 menembus ke bawah level Simple Moving Average (SMA) 50, hanya sedikit di atas level SMA100. Ini menunjukkan, US500 mengalami tren penurunan untuk jangka pendek.
Demikian juga dengan Relative Strength Index (RSI), di mana harga naik dari di bawah level 50, meski saat ini tidak jauh di atas level tersebut. Penembusan kembali ke bawah SMA50, US500 berpotensi menuju ke area 4400 dengan terlebih dahulu menembus area 4448 yang menjadi level Support terdekatnya. Mengingat RSI juga masih belum jauh di atas level 50, yang artinya masih ada potensi penurunan setidaknya menuju level 4450.