Trump Kembali Melakukan Intervensi
Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengintervensi kebijakan The Fed secara verbal pada hari selasa kemarin. Trump tidak suka terhadap keputusan The Fed yang cenderung dinilai agresif dalam menaikan suku bunga. Di gedung putih, Trump mengatakan kepada wartawan CNBC bahwa “ Saya pikir kita tidak harus pergi secepat itu”. Selain itu Trump ingin bertemu dengan ketua The Fed untuk membicarakan langkah kebijakan moneter bank sentral Amerika dalam menaikan suku bunga. Ini adalah kedua kalinya Trump mengintervensi secara verbal kebijakan moneter The Fed, yang dipandang oleh analis ekonomi sebagai penghinaan terhadap independensi bank sentral dari tekanan politik.
Seperti diketahui bersama bahwa saat ini perekonomian Amerika Serikat sedang bertumbuh secara signifikan. Dengan GDP 4,2% dan angka pengangguran 3,7%, maka Amerika Serikat termasuk negara sebagai tujuan investasi bagi para pelaku pasar. Inflasi Amerika yang bergerak melebih 2% , tentunya di respon oleh The Fed dengan kenaikan suku bunga 3x di tahun ini dan masih akan naik 1x lagi pada bulan desember 2018. Keadaan ini memicu obligasi Amerika menjadi bahan perburuan investor karena dinilai lebih aman atau sebagai safe haven. Keadaan ini tentunya membuat mata uang US Dollar dan index saham Dow Jones terkerek naik seperti tidak terbendung.
Jika ini dilanjutkan maka ekonomi Amerika dapat masuk kembali kedalam krisis karena bubble dan over heating di pasar pasti akan terjadi. Guna meredam keadaan tentunya The Fed akan secara agresif untuk menaikan suku bunga agar inflasi dapat terkendali, tetapi tentunya ini ditentang oleh Presiden Trump, mengingat dengan naiknya suku bunga, maka bunga pinjaman akan naik pula dan memberatkan sector usaha. Kenaikan index saham dow jones yang sangat signifikan akan memberikan resiko penurunan yang tajam apabila terpicu aksi jual tiba tiba di pasar keuangan.
AUSTRALIA
Annual meeting IMF di Bali, memotong proyeksi pertumbuhan global dari 3,9% menjadi 3,7%. Semua ini dengan catatan bahwa tekanan pada perang dagang terus meningkat. Melihat fenomena diatas maka mata uang Aussie masih dalam tekanan jual, dimana AUDUSD mempunyai target penurunan kembali ke level 0,7040 an dengan maksimal koreksi ke level 0,7190 an