Inflasi: pengertian, penjelasan, dan contoh
Sekarang ini, setiap sumber berita berbicara tentang inflasi, artikel ekonomi meneriakkan tentangnya. Semakin banyak orang yang bingung dengan semua informasi yang dipublikasikan. Di pasar Forex, trader memantau inflasi ini secara teratur.
Artikel ini akan membantu Anda mengetahui informasi dasar tentang inflasi dan segala sesuatu tentangnya.
Apa itu inflasi?
Tingkat inflasi merupakan salah satu faktor penentu perkembangan nilai tukar yang paling penting, bahkan setelah unsur-unsur lain ikut diperhitungkan.
Secara sederhana, inflasi adalah kenaikan progresif umum dalam harga barang dan jasa. Ketika harga naik, jumlah barang yang dapat dibeli seseorang dengan jumlah uang tertentu akan berkurang. Misalnya, kemarin Anda memiliki $5 dan dapat membeli lima batang cokelat, tetapi hari ini dengan $5 Anda hanya dapat membeli tiga batang cokelat, jadi dalam kasus ini inflasi naik.
Jenis-jenis inflasi
Tidak semua jenis inflasi adalah bencana. Mereka bervariasi dari yang terlemah hingga yang terkuat.
Inflasi merayap (creeping inflation)
Inflasi merayap atau inflasi ringan berarti harga naik 3% atau kurang per tahun. Federal Reserve menganggap bahwa ketika harga naik 2% atau kurang, itu menguntungkan pertumbuhan ekonomi. Ini adalah cara ekspansi ekonomi yang organik. Itu sebabnya Fed menetapkan 2% sebagai target inflasi.
Inflasi berjalan (walking inflation)
Ini adalah jenis inflasi yang intensif atau destruktif, biasanya dari 3% hingga 10%. Orang mulai membeli lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk menghindari harga yang lebih tinggi di masa depan. Ini menyebabkan permintaan meningkat lebih jauh sehingga baik pemasok maupun upah tidak dapat mengikuti. Akhirnya, barang dan jasa umum menjadi terlalu mahal bagi kebanyakan orang.
Inflasi berlari (galloping inflation)
Ketika inflasi naik menjadi 10% atau lebih, itu membawa kerugian bagi perekonomian negara. Pada saat yang sama, investor asing menghindari negara ini, sehingga menghilangkan modal yang dibutuhkan. Ekonomi menjadi goyah, dan kredibilitas pemimpin pemerintah hilang. Inflasi berlari harus dicegah dengan segala cara karena, jika tidak, inflasi dapat memicu depresi ekonomi.
Fenomena inflasi berlari lebih sering terjadi daripada hiperinflasi, dan secara berkala terjadi bahkan di negara-negara ekonomi maju dari waktu ke waktu. Misalnya, laju inflasi yang tinggi tercatat pada tahun-tahun pascaperang (1945-1952) dan pada 1970-an karena kenaikan harga minyak yang ditetapkan oleh OPEC.
Pada tahun 2000-an, jumlah negara yang mengalami inflasi berlari menurun secara signifikan. Inflasi tertinggi dari fenomena ini terjadi di Angola pada tahun 2004-2005 dengan tingkat 23%.
Hiperinflasi (hyperinflation)
Hiperinflasi terjadi ketika harga meroket lebih dari 50% per bulan. Inflasi jenis ini sangat langka. Faktanya, sebagian besar contoh hiperinflasi terjadi ketika pemerintah mencetak uang untuk membayar perang. Contoh hiperinflasi tercatat di Jerman pada 1920-an, Zimbabwe pada 2000-an, dan Venezuela pada 2010-an. Di Amerika Serikat, hiperinflasi terjadi selama Perang Saudara.
Disinflasi vs. Deflasi
Deflasi adalah penurunan tingkat harga umum dalam barang dan jasa. Ini adalah proses penurunan harga, jadi kebalikan dari inflasi. Deflasi menyebabkan peningkatan daya beli mata uang. Dengan kata lain, Anda mungkin memiliki jumlah uang yang sama, tetapi karena harga lebih rendah, dolar Anda dapat membeli lebih banyak. Contoh deflasi yang paling umum adalah Depresi Besar AS.
Deflasi sangat merusak PDB karena orang tidak membeli barang sambil menunggu harga turun. Bank sentral tidak hanya mengendalikan inflasi, tetapi juga deflasi.
Ini berbeda dari disinflasi, yang hanya merupakan perlambatan laju inflasi, dan kecepatan perubahan itu biasanya ditandai, dalam produk domestik bruto suatu negara dari waktu ke waktu. Disinflasi terjadi ketika kenaikan tingkat harga konsumen melambat dari periode sebelumnya saat harga naik.
Stagflasi
Stagflasi adalah kombinasi dari stagnasi dan inflasi. Itu adalah saat inflasi harga masih terjadi, tetapi pertumbuhan ekonomi stagnan. Bagaimana itu mungkin? Jika tidak ada cukup permintaan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, mengapa harga harus naik?
Fenomena ini terjadi pada tahun 1970-an, ketika Amerika Serikat meninggalkan standar emas. Begitu nilai dolar tidak lagi dipatok pada emas, nilainya jatuh. Pada saat yang sama, harga emas melonjak. Saat itu Ketua Federal Reserve, Paul Volcker, menyelesaikan stagflasi dengan menaikkan suku bunga Fed menjadi dua digit. Dia mempertahankan suku bunga itu cukup lama untuk menghilangkan ekspektasi inflasi lebih lanjut.
Inflasi upah (wage inflation)
Inflasi upah adalah kenaikan nominal upah. Artinya, pekerja menerima upah yang lebih tinggi. Tentu saja, setiap orang berpikir bahwa mereka pantas mendapatkan kenaikan tersebut, tetapi upah yang lebih tinggi adalah salah satu unsur dari inflasi dorong biaya. Itu dapat menyebabkan naiknya harga barang dan jasa perusahaan.
Inflasi dasar (underlying inflation)
Tingkat inflasi dasar (atau fundamental) mengukur tekanan inflasi dalam perekonomian yang sebagian besar disebabkan oleh kekuatan pasar, yaitu perubahan harga yang hanya mencerminkan kondisi penawaran dan permintaan dalam perekonomian.
Pada akhirnya, inflasi jenis ini akan tumbuh jika tidak ada kendala ekonomi, guncangan pasokan, perubahan harga besar, atau gangguan lain yang tidak terduga.
Rilis inti
Inflasi inti
Tingkat inflasi inti mengukur kenaikan harga dalam segala hal kecuali makanan dan energi karena harganya sangat volatil tergantung musim. Pengecualian ini membuat tingkat inflasi inti lebih akurat daripada tingkat inflasi utama dalam mengukur tren inflasi yang mendasarinya, itulah sebabnya bank sentral lebih suka menggunakan tingkat inflasi inti saat menetapkan kebijakan moneter. Mereka menggunakannya sebagai indikator utama untuk tren inflasi jangka panjang. Namun, jika harga BBM meningkat dalam waktu yang lama, hal itu dapat memengaruhi inflasi inti dengan menaikkan ekspektasi harga.
CPI Inti vs. CPE Inti
Inflasi inti diukur dengan Indeks Harga Konsumen (CPI) Inti dan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) Inti. CPI mengukur harga barang dan jasa rumah tangga. PCE mewakili harga barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen. Jadi, “inti” berarti mengecualikan makanan dan energi. CPI Inti dan PCE Inti seperti pasangan kembar; keduanya membantu menentukan seberapa besar inflasi dalam perekonomian.
Perhitungan inflasi
Jadi, setelah kita mengetahui semua definisi inflasi, mari kita lihat bagaimana cara mengukur dan menganalisis inflasi.
Cara mengukur inflasi
Inflasi diukur dengan tingkat inflasi, persentase perubahan harga dari suatu tahun ke tahun lainnya. Tingkat inflasi dapat diukur dengan beberapa cara:
- Indeks Harga Konsumen (CPI) mengukur total biaya barang dan jasa yang telah dibeli konsumen selama periode tertentu menggunakan sekeranjang barang tertentu, berdasarkan survei rumah tangga. Jadi, kenaikan biaya keranjang itu menunjukkan inflasi. Keranjang mencakup berbagai kategori seperti makanan dan minuman, perawatan medis, transportasi, dll.
- Di sisi lain, Indeks Harga Produsen (PPI) mengukur inflasi dari sudut pandang produsen. PPI adalah ukuran harga rata-rata yang diterima produsen untuk barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri. Ini dihitung dengan membagi harga saat ini yang diterima penjual untuk sekeranjang barang representatif dengan harga mereka pada tahun dasar tertentu, lalu mengalikan hasilnya dengan 100.
- Indeks umum ketiga adalah Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE). PCE mengukur perubahan harga barang dan jasa rumah tangga berdasarkan data PDB dari produsen. Ini kurang spesifik dibanding CPI karena mendasarkan perkiraan harga pada yang digunakan dalam CPI, tetapi juga mencakup perkiraan dari sumber lain. Seperti halnya kedua indeks lainnya, kenaikan indeks dari tahun ke tahun menunjukkan adanya inflasi.
Mengapa Trader Harus Tahu tentang Inflasi?
Rilis CPI (yang dapat Anda lihat di Kalender Ekonomi) sangat populer di kalangan trader karena ada hubungan langsung antara inflasi, bank sentral, dan mata uang. Sebagian besar negara maju mencoba menahan tingkat inflasi pada 2%.
Ketika inflasi tinggi, bank sentral menaikkan suku bunga. Akibatnya, permintaan mata uang tumbuh, karena tingkat suku bunga yang lebih tinggi menarik investor asing. Oleh karena itu, nilai tukar melonjak. Sebaliknya, ketika inflasi terlalu rendah, bank sentral dapat menurunkan suku bunga; permintaan mata uang kemungkinan besar akan turun, sehingga nilai tukar jatuh.
Itu memengaruhi semua mata uang, terutama USD; karena saat ini, AS sedang kesulitan mengatasi inflasi 7,5%.
Mari lihat contoh:
Pada 10 November 2021, rilis Biro Statistik Tenaga Kerja AS adalah salah satu tingkat CPI tertinggi (0,9%) pada tahun 2021. Setelah rilis tersebut, USD menguat terhadap mata uang lain, misalnya, USD/CAD naik sebesar 2060 poin:
Ketika inflasi turun, trader akan bertaruh bahwa Federal Reserve akan membantu mengangkat harga saham dan obligasi. Sebaliknya, jika inflasi meningkat, trader cenderung percaya bahwa aset keras seperti komoditas akan meningkat nilainya karena Fed terlihat kurang akomodatif.
Trader secara teratur memantau apakah CPI yang dirilis lebih kuat atau lebih lemah dari yang diharapkan. Karena ada momen ketegangan, ini adalah kesempatan sempurna untuk trading. Bagaimanapun, hasil rilis memicu volatilitas yang memberikan banyak peluang untuk trading.
Singkatnya, tidak semua jenis inflasi mengerikan. Selain itu, ini adalah peluang sempurna untuk mentradingkan perubahan pasar saat rilis CPI, PPI, dan PCE.