Pasar saham Asia sebagian besar libur untuk Jumat Agung pada perdagangan Jumat (29/03/2024). Dolar AS juga menguat terhadap euro sebelum data inflasi utama AS
Terseret Faktor Sentimen Internal dan Eksternal, Aussie Menanti Data Ketenagakerjaan
Diperbarui • 2023-08-17
Dolar Australia belakangan ini mengalami penurunan yang cukup signifikan, terutama terhadap dolar AS. Penurunan Aussie (AUD) ini diakibatkan oleh sejumlah faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar negeri, termasuk suku bunga yang lebih rendah di Australia dibandingkan dengan negara lain, penguatan dolar AS terhadap AUD, dan lemahnya harga komoditas.
Selain itu, ketidakpastian seputar perdagangan internasional, ketegangan geopolitik, imbas plafon utang AS, dan runtuhnya perbankan AS telah membuat investor menjauh dari aset berisiko seperti dolar Australia. Kombinasi faktor-faktor ini telah membuat mata uang Australia menjadi lebih lemah terhadap mata uang negara-negara utama belakangan ini.
Meningkatnya kekhawatiran mengenai kekuatan ekonomi Tiongkok dan sektor propertinya yang terbebani utang juga menekan Aussie. Sebuah data menunjukkan penurunan 89% dalam pinjaman bank baru di Tiongkok pada bulan Juli, meskipun ada penurunan suku bunga telah dipangkas dan Beijing berjanji untuk mendukung ekonomi yang lesu.
Aussie, yang sangat sensitif terhadap berita negatif dari Tiongkok sebagai mitra ekspor terbesar Australia, turun ke level terendahnya sejak November lalu terhadap dolar AS di level 0,6454 setelah merosot lebih dari 1% minggu lalu, penurunan mingguan keempat secara beruntun. Sementara itu, suku bunga dan angka inflasi Australia juga memengaruhi kinerja mata uangnya. Melawan Greenback (USD), yang memiliki suku bunga dan inflasi yang lebih tinggi dibanding Australia, Aussie telah mengalami penurunan secara stabil (dengan beberapa kenaikan singkat) selama sekitar setahun terakhir.
Sementara itu, pertumbuhan upah di Australia yang lebih rendah dari perkiraan selama tiga kuartal berturut-turut dalam kuartal kedua dapat dianggap sebagai kabar baik bagi Bank Sentral Australia (RBA). Hal ini dikarenakan kenaikan upah dapat mengakibatkan spiral upah-harga (wage-price spiral), yang akan menghambat upaya RBA untuk mengurangi inflasi.
Bank Sentral Australia telah menjelaskan sikap terkait suku bunganya dengan sangat jelas, menyatakan bahwa kenaikan suku bunga tetap menjadi pilihan, tetapi keputusan apa pun akan didasarkan pada data ekonomi. Laporan upah pada hari Selasa kemungkinan tidak akan menyebabkan perubahan signifikan bagi RBA. Menurut RBA Rate Tracker milik ASX, kemungkinan adanya jeda saat ini adalah 93%, turun dari 95% sebelum rilis pertumbuhan upah.
Selain itu, kekhawatiran pasar global juga telah mendorong kenaikan imbal hasil obligasi AS. Hal ini terjadi setelah laporan inflasi harga produsen AS pada hari Jumat, yang menunjukkan kenaikan sedikit di atas perkiraan, meningkatkan kekhawatiran bahwa Federal Reserve (Fed) mungkin terpaksa menaikkan suku bunga lagi. Hal ini juga memicu spekulasi bahwa Fed mungkin akan segera mengakhiri siklus pengetatannya.
Saat ini, para pelaku pasar sedang berfokus pada rilis data Jumlah Tenaga Kerja dan Tingkat Pengangguran Australia. Meskipun umumnya dianggap sebagai indikator yang tertinggal (lagging), jumlah pengangguran merupakan sinyal penting dari kondisi kesehatan ekonomi secara keseluruhan karena pengeluaran konsumen sangat berkorelasi dengan kondisi pasar tenaga kerja. Pasar memperkirakan tingkat pengangguran Australia akan naik menjadi 3,6%, yang lebih tinggi dari data yang dilaporkan bulan Juli sebelumnya. Sementara data Jumlah Tenaga Kerja diperkirakan menunjukkan penurunan tajam menjadi 14,6 ribu untuk bulan Agustus, yang jauh lebih rendah dari 32,6 ribu pada data bulan Juli sebelumnya.
Jika tingkat pengangguran meningkat dan jumlah tenaga kerja baru menurun sesuai dengan proyeksi pasar, dolar Australia akan semakin melemah terhadap dolar AS. Jika data tenaga kerja buruk, RBA akan kembali mempertimbangkan untuk mempertahankan suku bunga, yang nantinya akan melemahkan dolar Australia. Sebaliknya, jika data tingkat pengangguran Australia sesuai dengan perkiraan atau bertahan di angka 3,5%, ini akan menahan Aussie untuk tidak jatuh lebih jauh lagi.
Saat ini, AUDUSD terus menunjukkan tren penurunan selama lima pekan berturut-turut. Secara teknis, terbentuknya dua higher-high (HH) dan satu lower-high (LH) seakan mengonfirmasi tren penurunan ini dalam kerangka waktu H4. Selain itu, pergerakan harga di bawah Simple Moving Average (SMA) 50, 100, dan 200 juga mengonfirmasi tren bearish yang telah bertahan cukup lama, yang diperkuat dengan indikator Relative Strength Index (RSI) yang juga berada di bawah level 50.
AUDUSD dapat mengalami koreksi, tetapi pasangan Aussie ini harus terlebih dahulu harus menembus level resistance pertama di kisaran 0,6498. Penembusan di atas resistance ini dan level kritis 0,6500 akan membuka peluang bagi AUDUSD untuk menembus SMA 50 dan melanjutkan kenaikannya. Jika level resistance kritis 0,6500 tidak berhasil ditembus, AUDUSD akan kembali merosot dan turun menuju level support terdekatnya di level 0,6430.
Menyerupai
Dolar Australia menguat tipis di awal perdagangan akhir pekan ini, namun masih dalam tren penurunan. Pasar diperkirakan sepi karena memperingati Jumat Agung. Dolar AS menguat karena data ekonomi AS menunjukkan ekspansi,
Pasar saham Asia memiliki sentimen sideways dengan bias bearish pada perdagangan Kamis (28/03/2024), karena adanya sentimen ketidakpastian menjelang data indeks harga PCE AS..penjualan ritel Australia dirilis lebih kecil dari perkiraannya.
Berita terbaru
Yen Jepang gagal memikat para investor pada perdagangan Selasa (02/04/2024) meski ada peluang atas kemungkinan intervensi dan..Sentimen penghindaran risiko masih berpotensi memberikan kekuatan pada safe-haven
XAUUSD naik ke rekor tertinggi baru pada perdagangan Senin (01/04/2024), di tengah meningkatnya spekulasi penurunan suku bunga..melanjutkan kenaikan kuat minggu lalu hingga membentuk level puncak baru sepanjang masa
Pasar saham Asia sebagian masih libur dan sebagian lagi menguat pada perdagangan Senin (01/04/2024), karena optimisme data pabrikan Tiongkok mendukung..potensi intervensi otoritas Jepang terhadap yen Jepang diperkirakan berada di zona 152 – 155 yen.